Sabtu, 25 Oktober 2008

proposal Metode Latihan Berstruktur dan Pengajaran Langsung




1








  1. Judul :Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika pada
    Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat melalui Metode Latihan Berstruktur
    dan Pengajaran Langsung (Penelitian Tindakan pada Siswa
    Kelas
    VIII SMPN 6
    Kulisusu)









  1. Latar Belakang




Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik yang menarik untuk
dibicarakan dan ditemukan solusinya. Diantara berbagai masalah yang
ada, masalah kualitas pendidikan/hasil belajar siswa merupakan topik
yang sangat menarik dan tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia
pendidikan, karena hasil belajar merupakan indikator keberhasilan
proses pengajaran yang diterapkan pada siswa khususnya dan sekaligus
indikator untuk menilai kualitas sistem pendidikan yang diterapkan
pada umumnya.



Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan
tingkah laku positif pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan. Untuk memperoleh pembelajaran yang berhasil
maka guru sebagai elemen penting dalam kegiatan pembelajaran harus
selalu proaktif dan responsif terhadap semua fenomena-fenomena yang
dijumpai dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru sebagai
elemen penting dalam proses belajar mengajar harus berperan aktif
dengan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan serta melakukan
refleksi terhadap pengelolaan pembelajaran yang dilakukan, sehingga
siswa merasa tidak bosan dan bahkan selalu termotivasi dan tertarik
untuk mengikuti proses belajar mengajar.



Dari hasil observasi dan diskusi awal dengan beberapa guru matematika
di SMP Negeri 6 Kulisusu diperoleh informasi bahwa motivasi belajar
matematika masih rendah. Hal ini terlihat pada saat siswa mengikuti
pelajaran menampakkan sikap kurang bergairah, kurang bersemangat, dan
kurang siap mengikuti pembelajaran, suasana kurang aktif, interaksi
antara guru dengan siswa sangat kurang apalagi antara siswa dengan
siswa, siswa cenderung pasif, hanya menerima apa saja yang diberikan
guru. Motivasi dan aktivitas belajar siswa yang masih rendah dalam
mengikuti pelajaran selama ini diduga sebagai penyebab sehingga
tingkat penguasaan siswa pada konsep/materi yang diajarkan dari tahun
ketahun masih rendah. Salah satu indikatornya
dapat dilihat dari nilai rata-rata UAN matematika tahun ajaran 2006/
2007 masih rendah yaitu 5,08. Dari kondisi ini guru sebaiknya
berefleksi untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran.



Rendahnya perolehan rata-rata prestasi belajar Matematika, salah
satunya disebabkan oleh metode pengajaran yang diterapkan guru hanya
menggunakan metode ceramah, diskusi informasi, karena metode mengajar
mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan
kelemahan masing-masing maka keberhasilan belajar bergantung pada
ketepatan pemilihan metode dalam arti kesesuaian antara tujuan pokok
dengan metode, situasi dan kondisi serta kepribadian guru yang
mengajarkan materi tersebut. Dalam kurikulum matematika diharapkan
sebaiknya membangkitkan kreativitas siswa agar siswa tersebut belajar
aktif, dimungkinkan konsep-konsep Matematika yang diajar sudah
dipahami dengan baik. Oleh sebab itu dalam memilih metode sebaiknya
guru mengacu pada cara kerja siswa aktif sehingga diharapkan metode
mengajar yang digunakan lebih efektif.



Metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung merupakan salah
satu metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru untuk mengatasi
masalah dalam proses belajar mengajar. Melalui metode ini siswa dalam
mempelajari materi pelajaran dimodelkan atau dipresentasikan lebih
dahulu oleh guru secara tahap demi tahap dan terstruktur mulai dari
materi yang sifatnya sederhana menuju ke materi yang sifatnya lebih
kompleks. Agar setiap siswa dapat menyelesaikan masalah pada konsep
yang kompleks maka diberikan pelatihan lanjutan namun masih berada
dibawah bimbingan guru.



Bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut melalui penelitian tidakan kelas dengan judul
“Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Pada
Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat melalui Metode Latihan Berstruktur
dan Pengajaran Langsung (Penelitian Tindakan pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 6 Kulisusu)





D.
Rumusan Masalah



Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan metode latihan
berstruktur dan pengajaran langsung dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar matematika siswa kelas XII SMP Negeri 6 Kulisusu
pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat?”



E. Tujuan Penelitian



Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penelitian
tindakan ini adalah sebagai berikut:


“Meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri
6 Kulisusu pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat melalui metode
latihan berstruktur dan pengajaran langsung”.







F. Manfaat Penelitian



Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:




  1. Bagi guru, ia dapat mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang
    tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar konsep
    bilangan berpangkat sehingga dapat dipahami oleh siswa dengan baik.


  2. Bagi
    siswa, sebagai bahan evaluasi dalam upaya memperbaiki dan
    meningkatkan hasil belajar utamanya hasil belajar matematika.


  3. Bagi
    sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik
    bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan
    mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika


  4. Sebagai
    bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang menyangkut topik
    penelitian yang relevan dengan penelitian ini.













G.
Definisi Operasional


Untuk
menghindari kesalahpahaman tentang judul dalam penelitian ini, maka
penulis mencoba mendefinisikan beberapa istilah sebagai berikut:



1. Metode latihan berstruktur adalah metode mengajar dengan
memberikan soal-soal latihan yang dimulai dengan soal yang mudah
menuju soal-soal yang sulit terhadap apa yang telah dipelajari siswa
serta memberikan penjelasan terhadap materi yang belum dipahami siswa
sehingga siswa memperoleh keterampilan tertentu.



2. Model pengajaran langsung adalah suatu pembelajaran yang dirancang
khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik.



3. Prestasi belajar matematika adalah nilai yang diperoleh dari siswa
setelah mempelajari materi pelajaran yang diukur dengan tes hasil
belajar matematika.



H. Kajian Pustaka



1. Pengertian Belajar Mengajar


Menurut
USMPn (1993:4) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Whitaker
dalam Sumanto (1990) menjelaskan bahwa belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Dengan demikian disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai tahapan
perubahan perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
terjadi dalam diri siswa kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan yang dimaksudkan dalam belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku anak didik, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau
dari tidak terampil menjadi terampil.


Proses
belajar mengajar merupakan sebuah kegiatan yang integral (utuh
terpadu) antara siswa sebagai pelajar dan guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar. Hal senada diungkapkan USMPn (1993:6) bahwa
mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Atau dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan
suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak
didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses
belajar pada siswa.

















2.
Pentingnya Motivasi Belajar



Motivasi berasal dari kata “ motif “ yang diartikan
sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan



Menurut Purwanto (1995: 73), motivasi adalah suatu usaha yang
didasari untuk menggerakan dan menjaga tingkah laku seseorang agar
terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil
dan tujuan tertentu. Selanjutnya, Passang dalam Hutabarat
(1999: 26) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga penggerak yang
menimbulkan upaya keras untuk melakukan sesuatu. Pendapat tersebut
selaras dengan ungkapan Hudoyo (1996: 3) yang mengemukakan bahwa
motivasi adalah kekuatan pendorong yang ada dalam diri individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.



Motivasi dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi intrinsik megacu
pada faktor-faktor dari dalam diri siswa yang mendorong untuk
belajar, sedang motivasi ektrinsik mengacu pada faktor-faktor dari
luar yang mendorong siswa sehingga dapat melakukan kegiatan belajar.
Motivasi intrinsik sifatnya lebih kekal pada diri siswa dibandingkan
dengan motivasi ektrinsik, tetapi sama-sama sangat diperlukan dalam
proses belajar mengajar.



Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan belajar siswa
adalah motivasi. Motivasi merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual yang mempunyai peran dalam menumbuhkan gairah, merasa
senang dan mempunyai semangat untuk mengerjakan sesuatu. Bagi siswa,
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak yang ada
dalam dirinya untuk menimbulkan semangat dalam kegiatan belajar
sehingga tujuannya tercapai. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi
terhadap suatu mata pelajaran maka akan mampu menunjukkan prestasi
yang baik, begitupun sebaliknya (Sardiman, 1995: 95).



Untuk dapat mencapai tujuan belajar yang optimal, selain motivasi
yang bersumber dalam dirinya, siswa pun memerlukan rangsangan dan
dorongan dari orang lain (motivator). Hal ini disebabkan karena
motivasi dari luar diri siswa mengakibatkan siswa mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi dalam mencapai cita-citanya tersebut.
Ini berarti motivasi dalam kegiatan belajar memiliki arti yang sangat
penting dalam mendorong siswa untuk meningkatkan prestasinya.



Menurut Dimyiati (1999:85) motivasi belajar
penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar
adalah sebagai berikut: (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar,
proses dan hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha
belajar dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan
belajar, (4) membesarkan semangat belajar, (5) menyadarkan tentang
adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan,
individu dilatih untuk menggunakan kekuatannyasedemkian rupa sehingga
berhasil. Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi
tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari
oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan
terselesaikan dengan baik.



Selanjutnya Dimiyati (1999:85) menjelaskan bahwa
motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru.
Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa
bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut:
(1)
membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk
belajar sampai berhasil, (2) memahami jenis-jenis motivasi belajar
siswa, (3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu
diantara bermacam-macam peran seperti fasilitator, instruktur, teman
diskusi, dan (4) memberi peluang kepada guru untuk unjuk kerja
rekayasa pedagogis.






3.
Prestasi Belajar



Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yakni “prestizie”
yang berarti apa yang telah diciptakan atau hasil pekerjaan. Pada
dasarnya prestasi belajar itu diperoleh melalui proses belajar,
dimana proses belajar bukan hanya mencatat, membaca dan tidak pula
hanya sekedar menghafal melainkan harus dimengerti dan dipahami
tentang apa dan bagaimana sesuatu itu dipelajari.



Winkel (1984:162) mengartikan kata prestasi sebagai bukti
keberhasilan usaha yang dicapai. Sedangkan Nasution (2001:39)
menyatakan bahwa prestasi adalah penguasaan seseorang terhadap
pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran,
yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan
guru. Dengan demikian prestasi merupakan hasil yang telah dicapai
seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan. Dan prestasi belajar
adalah prestasi yang menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang
setelah yang dicapai karena telah melakukan usaha belajar yang
optimal.



Prestasi belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal atau
bersumber dari siswa itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik.
Faktor internal tersebut meliputi prasyarat belajar yaitu
pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seorang siswa sebelum mengikuti
pelajaran berikutnya, ketrampilan belajar yang dimiliki siswa yang
meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti mata pelajaran,
mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok mempersiapkan
ujian, menindaklanjuti hasil ujian, dan mencari sumber belajar,
kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap,
cita-cita dan hubungannya dengan orang lain. Faktor eksternal antara
lain meliputi proses belajar mengajar, sarana belajar yang dimiliki,
lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi keluarga.



Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar
adalah hasil-hasil yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar.
Hasil-hasil yang dicapai siswa tersebut terdiri dari tiga aspek,
yaitu (1) aspek kognitif yang mencakup ketramplan intelektual,

strategi-strategi kognitif dan informasi verbal, (2) afektif yang
berhubungan dengan sikap, dan (3) psikomotor yang berhubungan dengan
ketrampilan-ketrampilan motorik. Hasil belajar tersebut diperoleh
dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru baik dilakukan melalui
tes tertulis maupun lisan.



Berdasarkan pengertian prestasi yang dikemukakan
di atas, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah tigkat
penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Prestasi yang dicapai siswa
merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
belajar mengajar dan merupakan interaksi antar berbagai faktor. Jika
dikaitkan dengan Matematika, maka prestasi belajar Matematika
merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran Matematika
setelah proses belajar mengajar matematika dalam selang waktu
tertentu yang tercermin dalam skor yang diperoleh dari hasil belajar
Matematika.






4.
Metode Latihan Berstruktur


Metode
latihan berstruktur merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan
latihan-latihan berstruktur terhadap apa yang telah dipelajari siswa
sehingga memperoleh keterampilan tertentu. Pemberian latihan
dilakukan setelah siswa memperoleh konsep yang akan dilatihkan.
Soal-soal yang diberikan kepada siswa dimulai dari soal-soal yang
mudah menuju ke soal-soal yang lebih sulit. Hal ini dilakukan dengan
bimbingan dari guru, dimana guru terlebih dahulu memberikan contoh
cara menyelesaikan soal secara berstruktur dan baik. Selanjutnya
siswa diperintahkan untuk menyelesaikan soal-soal yang sejenis dengan
soal yang telah diselesaikan oleh guru. Dengan demikian, para siswa
akan merasa terbimbing secara baik dan dapat menyelesaikan soal-soal
yang diberikan guru dengan benar.


Dalam
kaitannya dengan metode mengajar, metode latihan berstruktur ini
merupakan kombinasi dari metode latihan dan metode pemecahan masalah.
Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki kecakapan mental dalam
memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya melalui latihan yang
dibuat secara berstruktur, sehingga mereka terlatih untuk berpikir
secara lebih sistematis, logis, teliti, dan teratur.



Adapun tujuan metode latihan berstruktur menurut Slameto (1995)
secara khusus diuraikan sebagai berikut:



1. Siswa memiliki ketrampilan motorik/gesit
seperti menghafal, menggunakan alat-alat dan lain-lain.



2. Mengembangkan kecakapan intelektual seperti
megalikan, membagi, menjumlakan dan mengurangi.



3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu
keadaan dengan hal yang lain seperti hubungan sebab akibat tujuan
belajar.


Apabila
seorang guru akan menerapkan secara terpadu metode latihan
berstruktur dan pengajaran langsung akan nampak pada saat membimbing
siswa melakukan pengetahuan dan keterampilan secara terstruktur dan
pada saat membimbing pelatihan lanjutan. Menurut Roestiyah (2001)
menerapkan metode latihan berstruktur dalam pembelajaran sebaiknya
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:



  1. Guru
    harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan
    pengertian pemahaman akan maksud dan tujuan latihan sebelum mereka
    melakukannya.


  2. Menggunakan
    latihan hanya untuk materi/konsep yang dilakukan secara otomatis
    siswa tanpa menggunakan pertimbangan yang mendalam seperti
    menghafal, menghitung dan lain-lain.


  3. Dalam
    latihan pendahuluan guru harus lebih dahulu harus menekankan pada
    diagnosa, karena pelatihan permulaan tersebut belum diharapkan siswa
    dapat menghasilkan keterampilan yang sesuai dengan tujuan
    pembelajaran


  4. Guru
    harus memperhitungkan waktu atau masa latihan agar siswa tidak
    merasa bosan.






5.
Model Pembelajaran Langsung


Model
Pembelajaran Langsung merupakan suatu model pendekatan mengajar yang
dapat membantu siswa di dalam mempelajari dan menguasai ketrampilan
dasar serta memperoleh informasi selangkah demi selangkah.



Tidak ada model dan strategi pembelajaran yang paling baik dan paling
jelek masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya
tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa.
Demikian juga dengan model pembelajaran langsung. Model ini
sebenarnya dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun yang paling
sesuai adalah untuk mengajarkan mata pelajaran yang berorientasi pada
penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik,
pendidikan olahraga dll. Apabila informasi atau keterampilan yang
akan diajarkan terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan selangkah
demi selangkah, model pembelajaran langsung sangat cocok
dipergunakan.


Teori
belajar yang paling banyak sumbangannya pada model pengajaran
langsung adalah teori belajar sosial atau teori pemodelan tingkah
laku. Teori tersebut dipelopori Albert Bandura yang menyatakan bahwa
sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain.


Para
ahli teori belajar pada umumnya membagi dua macam pengetahuan yaitu
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural (Max dan Winne
dalam Kardi dan Nur, 2000a). Pengetahuan deklaratif adalah
pengetahuan tantang sesuatu yang dapat diungkapkan dengan kata-kata,
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana
melakukan ssuatu atau berbuat sesuatu. Sealanjutnya Winkel (1996)
memberikan batasan bahwa pengetahuan deklaratif (declarative
knowledge)
adalah pengetahuan tentang hal-hal yang faktual
artinya merupakan suatu kenyataan atau fakta yang nyata baik berupa
fakta maupun data yang terpisah-pisah, himpunan fakta, generalisasi
maupun teori. Menghafal hukum-hukum atau rumus-rumus tertentu dalam
bidang matemetika dan IPA adalah contoh pengetahuan deklaratif.


Untuk
melaksanakan pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat
penting yang dirangkum dalam tabel di bawah:





















Fase



Peran Guru




  1. Menyampaikan
    tujuan dan mempersiapkan siswa


  2. Mendemontarsikan
    pengetahuan atau ketrampilan







  1. Membimbing
    pelatihan








  1. Mengecek
    pemahaman dan umpan balik











  1. Memberikan kesempatan untuk
    pelatihan lanjutan dan pnerapan





  1. Guru
    menjelaskan indikator pembelajaran, informasi latar belakang
    pelajaran


  2. Guru
    mendentasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan
    informasi tahap demi tahap


  3. Guru
    merencanakan dan membimbing pelatihan awal


  4. Guru
    mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan
    baik, memberi umpan balik


  5. Guru mempersiapkan
    kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus
    pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan
    sehari-hari






Tabel 1. Sintaks (fase-fase) Model Pengajaran Langsung
(Kadir dan Nur, 2000)




  1. Bilangan Berpangkat




(Harta, 2005:95-107)




  1. Perpangkatan bilangan bulat




Untuk semua bilangan rasional a dan bilangan cacah m dan n, berlaku
sifat:



am x an = am+n



,
untuk a
,
m dan n bilangan cacah.




dan
,



a0 = 1 untuk setiap bilangan bulat
dengan



  1. Perpangkatan
    pada bilangan pecahan




Untuk setiap a bilangan bulat, m dan n bilangan cacah, berlaku:



(am)n = am.n



Untuk setiap a dan b bilangan bulat dan n bilangan cacah, berlaku:



(ab)n = anbn



Untuk a dan b bilangan bulat dengan b

0, dan n bilangan cacah, berlaku:






  1. Pangkat tak sebenarnya






,
bentuk
dengan
m,n bilangan bulat dan n
1,
dinamakan bilangan bulat berpangkat tak sebenarnya. Bilangan
berpangkat tak sebenarnya adalah suatu bilangan yng bila ditarik
akarnya menghasilkan suatu bilangan bulat yang berpangkat pecahan.




  1. Bilangan kuadrat sempurna




Bilangan kuadrat sempurna adalah suatu bilangan
yang apabila ditarik akarnya mengahasilkan suatu bilangan bulat.




  1. Operasi pangkat tak sebenarnya




    • Penyederhanaan bentuk akar





Untuk bilangan a dan b tidak negatif berlaku:







    • Perpangkatan dan perkalian bentuk akar





Untuk a bilangan rasional dan m,n dan k adalah
bilangan bulat berlaku







    • Pembagian bentuk akar





Untuk b
,
berlaku




dan



I. Hipotesis Penelitian Tindakan



Berdasarkan kajian teori diatas, maka dirumuskan
hipotesis penelitian tindakan yaitu :



Melalui metode latihan berstruktur dan pengajaran
langsung motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri 6 Kulisusu pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat dapat
ditingkatkan”.



J. Metodologi Penelitian



1. Tempat dan waktu penelitian



Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 6 Kulisusu pada bulan
Maret 2008 semester genap tahun pelajaran 2007/2008.



2. Subyek Penelitian



Mengingat jenis penelitian adalah tindakan kelas (classroom action
research),
maka yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII2 SMP Negeri 6 Kulisusu. Alasan peneliti
memilih kelas VIII2 karena rata-rata prestasi belajar
siswa kelas VIII2 pada semester genap tahun 2006/2007
lebih randah dibandingkan dengan kelas VIII1, dan
VIII3, dimana nilai masing-masing kelas
berturut-turut mulai dari kelas VIII1, VIII2
dan VIII3 adalah 58,8; 56,3 dan 58,2.







3. Desain penelitian



Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem
berdaur atau siklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Menurut
Rakajoni dalam Nur (2000:9) bahwa terdapat 5 (lima) tahapan dalam
PTK, yaitu: (a) pengembangan fokus masalah penelitian, (b)
perencanaan tindakan perbaikan, (c) pelaksanaan tindakan perbaikan,
(d) analisis dan refleksi dan (e) perencanaan tindak lanjut.



Untuk melihat gambar dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
maka dapat dilihat pada gambar desain penelitian berikut:









































Gambar 1. Desain penelitian tindakan kelas (Jatmika, 2003: 9)











4. Prosedur penelitian



Prosedur penelitian tindakan kelas ini akan di dilaksanakan dalam 3
(tiga) siklus, dimana tiap-tiap siklus akan dilaksanakan sesuai
dengan perubahan yang dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki.
Prosedur pelaksanaan tindakan kelas ini meliputi: (a) perencanaan,
(b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi/evaluasi (d) refleksi.



Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat diuraikan
sebagai berikut:




    1. Siklus
      I





1) Perencanaan



Kegiatan yang dilakukan selama perencanaan tindakan kelas dengan
menerapkan metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung pada
siklus I yaitu:



  1. Mengidentifikasi
    masalah yang terjadi didalam kelas


  2. Menganalisis
    dan merumuskan masalah yang terjadi untuk dibenahi dalam
    pelaksanaan tindakan


  3. Merencanakan
    perbaikan atau perencanaan tindakan




2). Pelaksanan tindakan



Pelaksanaan tindakan atau pelaksanaan perbaikan
mencakup 2 (dua) tahap yakni sebagai berikut



  1. Menyiapkan
    pelaksanaan tindakan yang terdiri dari beberapa langkah yaitu: (1)
    membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan
    dilaksanakan, (2) menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang
    diperlukan (3) menyiapakan cara mengambil dan menganalisis data yang
    berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan, dan (4) peneliti
    menetapkan keyakinan untuk melaksanakan dan berkolaborasi dengan
    guru bidang studi Matematika dalam melakukan tindakan perbaikan.


  2. Melaksanakan
    tindakan dengan menerapkan secara terpadu metode latihan berstruktur
    dan pengajran langsung pada materi pokok bilangan berpangkat(RP 01).




3). Observasi



Pada tahap ini akan dilakukan observasi terhadap pelaksanakan
tindakan melalui penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur
dan pengajaran langsung apakah sudah sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Disamping itu juga akan
dilakukan evaluasi terhadap daya serap siswa terhadap materi
pelajaran yang telah diajarkan pada materi pokok bilangan berpangkat
(RP 01). Hasil yang didapatkan pada observasi/evaluasi selanjutnya
akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pada
tindakan selanjutnya.



4). Refleksi dan tindak lanjut



Data-data yang diperoleh melalui observasi/evaluasi akan dikumpul dan
dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dilakukan
kegiatan yaitu :



  1. Mengkaji
    perubahan-perubahan motivasi/aktivitas dan hasil belajar yang telah
    diperoleh siswa setiap individu


  2. Melakukan
    analisis tentang tindakan yang telah diberikan, baik keunggulan
    maupun kelemahan/kegagalannya


  3. Menetapkan
    metode/strategi rencana perbaikan pada siklus selanjutnya


  4. Indikator
    keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah bila nilai yang
    dicapai siswa secara individu ≥ 6,5 dan secara kelompok ≥ 7,5

    (USMPn, 1993:96).




b. Siklus 2



1) Perencanaan



Kegiatan yang dilakukan selama perencanaan pada siklus 2 adalah:




  1. peneliti menetapkan/merumuskan kelebihan dan kekurangan yang telah
    dicapai dalam siklus 1


  2. peneliti
    meninjau/merevisi kembali Rencana pembelajaran pada RP 02.




  1. Pelaksanaan
    Tindakan




Melaksanakan pembelajaran dengan melaksanakan secara terpadu metode
latihan berstruktur dan pengajaran langsung pada materi pokok
bilangan berpangkat dan bentuk akar (RP 02).



  1. Observasi/Evaluasi




Pada tahap ini akan dilakukan observasi terhadap pelaksanakan
tindakan melalui penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur
dan pengajaran langsung apakah sudah sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Disamping itu juga akan
dilakukan evaluasi terhadap daya serap siswa terhadap materi
pelajaran yang telah diajarkan pada materi bilangan berpangkat dan
bentuk akar (RP 02). Hasil yang didapatkan pada observasi/evaluasi
selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk melakukan
perbaikan pada tindakan selanjutnya.



  1. Refleksi




Data-data yang diperoleh melalui observasi/evaluasi dikumpul dan
dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dilakukan
kegiatan yaitu :





      1. Mengkaji
        perubahan-perubahan motivasi/aktivitas dan hasil belajar yang
        telah diperoleh siswa setiap individu


      2. Melakukan
        analisis tentang tindakan yang telah diberikan, baik keunggulan
        maupun kelemahan/kegagalannya



      3. Menetapkan metode/strategi rencana perbaikan pada siklus
        selanjutnya


      4. Indikator
        keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah bila nilai yang
        dicapai siswa secara individu ≥ 6,5 dan secara kelompok ≥
        7,5
        (USMPn, 1993:96).






c. Siklus 3



1) Perencanaan



Kegiatan yang akan
dilakukan selama perencanaan pada siklus 3 adalah:




    1. peneliti
      menetapkan/merumuskan kelebihan dan kekurangan yang telah dicapai
      dalam siklus 2





  1. peneliti
    meninjau/merevisi kembali Rencana pembelajaran pada RP 04



    1. Pelaksanaan
      Tindakan





Melaksanakan pembelajaran dengan melaksanakan secara terpadu metode
latihan berstruktur dan pengajaran langsung pada materi pokok
bilangan berpangkat dan bentuk akar (RP 03).




    1. Observasi/Evaluasi





Pada tahap ini akan dilakukan observasi terhadap pelaksanakan
tindakan melalui penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur
dan pengajaran langsung apakah sudah sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Disamping itu juga akan
dilakukan evaluasi terhadap daya serap siswa terhadap materi
pelajaran yang telah diajarkan pada materi pokok bilangan berpangkat
(RP 03). Hasil yang didapatkan pada observasi/evaluasi selanjutnya
akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pada
tindakan selanjutnya.




    1. Refleksi





Data-data yang diperoleh melalui observasi/evaluasi dikumpul dan
dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dilakukan
kegiatan yaitu :



a) Mengkaji perubahan-perubahan motivasi/aktivitas dan hasil belajar
yang telah diperoleh siswa setiap individu



b) Melakukan analisis tentang tindakan yang telah diberikan, baik
keunggulan maupun kelemahan/kegagalannya



c) Menetapkan metode/strategi rencana perbaikan
pada siklus selanjutnya



d) Indikator keberhasilan penelitian tindakan
kelas adalah bila nilai yang dicapai siswa secara individu ≥ 6,5
dan secara kelompok ≥ 7,5
(USMPn, 1993:96).



5. Cara pengambilan data





      1. Sumber
        data dalam penelitian ini meliputi data dari siswa, guru, dan
        proses pembelajaran


      2. Jenis
        data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif
        dan data kuantitatif. Data kualitatif meliputi: (a) motivasi dan
        aktivitas siswa selama proses pembelajaran, (b) pengelolaan
        pengajaran guru selama proses pembelajaran. Data kuantitatif
        adalah data hasil prestasi belajar siswa pada meteri pokok
        bilangan berpangkat yang meliputi nilai pretest, nilai
        hasil belajar siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 serta nilai
        posttest


      3. Cara
        pengambilan data dilakukan melalui: (a) untuk data motivasi dan
        aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi
        motivasi dan aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, (b) data
        pengelolaan pengajaran oleh guru diperoleh dengan menggunakan
        lembar observasi terhadap pengelolaan pengajaran dan (c) data
        prestasi belajar siswa diperoleh melalui pretest, tes
        siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 serta posttest






6. Teknik analisis data



Data-data
dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran distribusi
hasil belajar Matematika yang diajarkan dengan penerapan metode
latihan berstruktur dan pengajaran langsung baik melalui tes setiap
siklusnya, pretest, maupun posttest. Adapun rumus yang
digunakan yaitu:



  1. Penilaian
    hasil tes




Rentang nilai yang akan digunakan untuk tes obyektif dalam penelitian
ini adalah 0 sampai dengan 100, maka penilaian dilakukan dengan
menggunakan rumus:




(USMPn, 1993:136)










  1. Menentukan
    nilai rata-rata




(Sudjana,
1986:67)






Dengan = Nilai rata-rata




= Nilai tiap-tiap siswa



n = Jumlah siswa




  1. Standar deviasi








(Sudjana, 1986:95)




  1. Menghitung Persentase siswa yang gagal dalam mengikuti tes







(USMPn,
1993:139)







  1. Menentukan persentase peningkatan hasil belajar setelah diberikan
    pengajaran dengan penerapan secara terpadu metode latihan
    berstruktur dan pengajaran langsung menggunakan rumus :








(Rusel, 1974: 23)




Dengan : P = Persentase peningkatan hasil belajar



Ni = Nilai siswa setelah diberikan
pengajaran dengan penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur
dan pengajaran langsung



Nf = Nilai siswa sebelum diberikan
pengajaran dengan penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur
dan pengajaran langsung




  1. Menentukan persentase rata-rata peningkatan hasil belajar setelah
    diberikan pengajaran dengan penerapan secara terpadu metode latihan
    berstruktur dan pengajaran langsung menggunakan rumus :








(Rusel, 1974: 94)







Instrumen Penelitian



Format Observasi terhadap motivasi siswa selama Proses Belajar
Mengajar



Mata pelajaran :………………. Sub
Materi Pokok :……………..



Materi Pokok :………………. Pertemuan
ke :……………..













































































No.



Satuan motivasi siswa yang
diamati



Skor yang diberikan



1



2



3



4



1.



Tertarik pada guru dengan
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru



















2.



Tertarik pada pelajaran yang diajarkan melalui
membaca dan menelaah buku teks dan Lembar Kerja Siswa (LKS)



















3.



Antusias tinggi dengan memusatkan perhatian
pada kegiatan belajar dengan mencatat dan menulis bahan yang
relevan dengan KBM



















4.



Ingin selalu bergabung dalam kelompok untuk
berdiskusi antar anggota kelompok



















5.



Ingin identitas diakui orang lain dengan
selalu berdiskusi/bertanya antar siswa dengan siswa; dan menjawab
pertanyaan siswa/guru



















6.



Selalu mengingat materi pelajaran dengan
memepelajarinya kembali di rumah dan mengerjakan tugas pekerjaan
rumah



























Rubrik pada setiap aspek penskoran







Aspek 1:



4 = jika jumlah siswa yang tidak aktif (diam saja,
mengantuk) dan tidak memberikan respon yaitu kurang dari 3 orang



3 = jika jumlah siswa yang tidak aktif (diam saja,
mengantuk) dan tidak memberikan respon yaitu 3 sampai 5 orang



2 = jika jumlah siswa yang tidak aktif (diam saja,
mengantuk) dan tidak memberikan respon yaitu 6 sampai 10 orang



1 = jika lebih dari 10 orang siswa aktif tidak
aktif (diam saja, mengantuk) dan tidak memberikan respon


Aspek
2:



4 = jika jumlah siswa yang tidak tertarik mengikuti KBM (membaca dan
menelaah buku teks dan Lembar Kerja Siswa) kurang dari 3 orang



3 = jika jumlah siswa yang tidak tertarik mengikuti KBM (membaca dan
menelaah buku teks dan Lembar Kerja Siswa) yaitu 3 sampai 5 orang



2 = jika jumlah siswa yang tidak tertarik mengikuti KBM (membaca dan
menelaah buku teks dan Lembar Kerja Siswa) sebanyak 6 sampai 10
orang



1 = jika lebih dari 10 orang siswa yang tidak tertarik mengikuti KBM
(membaca dan menelaah buku teks dan Lembar Kerja Siswa)


Aspek
3:



4 = jika jumlah siswa yang tidak memusatkan perhatian pada kegiatan
belajar dengan mencatat dan menulis bahan yang relevan dengan KBM
kurang dari 3 orang



3 = jika jumlah siswa yang tidak memusatkan perhatian pada kegiatan
belajar dengan mencatat dan menulis bahan yang relevan dengan KBM
sebanyak 3 sampai 5 orang



2 = jika jumlah siswa yang tidak memusatkan perhatian pada kegiatan
belajar dengan mencatat dan menulis bahan yang relevan dengan KBM
sebanyak 6 sampai 10 orang



1 = jika lebih dari 10 orang siswa yang tidak memusatkan perhatian
pada kegiatan belajar dengan mencatat dan menulis bahan yang relevan
dengan KBM


Aspek
4:



4 = jika jumlah siswa yang tidak ingin selalu bergabung dalam
kelompok untuk berdiskusi antar anggota kelompok selama KBM kurang
dari 3 orang



3 = jika jumlah siswa yang tidak ingin selalu bergabung dalam
kelompok untuk berdiskusi antar anggota kelompok selama KBM sebanyak
3 sampai 5 orang



2 = jika jumlah siswa yang tidak ingin selalu bergabung dalam
kelompok untuk berdiskusi antar anggota kelompok selama KBM sebanyak
6 sampai 10 orang



1 = jika lebih dari 10 orang siswa yang tidak ingin selalu bergabung
dalam kelompok untuk berdiskusi antar anggota kelompok selama KBM


Aspek
5:



4 = jika jumlah siswa yang tidak memberikan respon dalam
berdiskusi/bertanya antar siswa dengan siswa; dan menjawab pertanyaan
siswa/guru kurang dari 3 orang



3 = jika jumlah siswa yang tidak memberikan respon dalam
berdiskusi/bertanya antar siswa dengan siswa; dan menjawab pertanyaan
siswa/guru sebanyak 3 sampai 5 orang



2 = jika jumlah siswa yang tidak memberikan respon dalam
berdiskusi/bertanya antar siswa dengan siswa; dan menjawab pertanyaan
siswa/guru sebanyak 6 sampai 10 orang



1 = jika lebih dari 10 orang siswa yang tidak memberikan respon dalam
berdiskusi/bertanya antar siswa dengan siswa; dan menjawab pertanyaan
siswa/guru


Aspek
6:



4 = jika jumlah siswa yang tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah
yang diberikan kurang dari 3 orang



3 = jika jumlah siswa yang tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah
yang diberikan sebanyak 3 sampai 5 orang



2 = jika jumlah siswa yang tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah
yang diberikan sebanyak 6 sampai 10 orang



1 = jika lebih dari 10 orang siswa yang tidak
mengerjakan tugas pekerjaan rumah yang diberikan











Kendari,…..,…………
2008







Pengamat















( )







DAFTAR PUSTAKA







Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan
Pembelajara.
Rineka Cipta: Jakarta.







Harta, Idris. 2005. matematika Bermakna untuk
SMP/MTs Kelas IX.
Mediatama. Surakarta.







Hudoyo, Herman. 1996. Mengajar Belajar
Matematika.
Jakarta: P2LPTK.







Kardi, S. dan Nur, M. 2000. Pngajaran Langsung.
Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana, Universitas
Negeri Surabaya: Surabaya.







Nasution, S. 2001. Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar.

PT. Jakarta: Bumi Aksara.







Purwanto, Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan: Teori
dan Praktik.
Bandung:
Remaja Rosda Karya.







Roestijah, N.K. 2001. Strategi Belajar
Mengajar.
Rineka Cipta: Jakarta.







Rusel. 1974. Sistem Pengajaran Modul.
Jakarta: Rosda Karya.







RuSMPnsyah. 2005. Penerapan Metode Latihan
Berstruktur dalam Meningkatkan Pemahaman siswa Terhadap Konsep
Persamaan Kimia.
Laporan Hasil Penelitian, PMIPA Unlam:
Banjarmasin.







Sardiman, A. M. 1990. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar.
Jakarta:
Rajawali Press.







Slameto. 1998. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya.
Jakarta:
Bina Aksara.







Sudjana. 1986. Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito.







USMPn, Moh. Uzer. 1993. Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja rosda
Karya.







Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran.
Grasindo: Jakarta














1 komentar: