Sabtu, 25 Oktober 2008

PROPOSAL JUNAEDAH SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN MASYARAKAT YANG B


BAB I


PENDAHULUAN



  1. Latar Belakang







Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini berarti bahwa pembangunan
ini tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah seperti sandang, pangan
dan perumahan, dan lain sebagainya, atau kepuasan batiniah, seperti
pendidikan, rasa aman, kebebasan mengeluarkan pendapat yang
bertanggung jawab dan sebagainya, melainkan keselarasan, keserasian,
keseimbangan antara keduanya.Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
diselenggarakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam
rangkaian program pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu.



Di dalam kehidupan masyarakat dibutuhkan jaminan kesehatan yang
memadai dalam menopang hidup dan kehidupan. Karena tanpa kesehatan
yang memadai segala upaya dalam berbagai sektor kehidupan pasti akan
mengalami hambatan untuk mencapainya (Riadi,1984:12).



Dampak aktivitas sosial ekonomi di bidang kesehatan dapat dilihat
melalui berbagai indikator kesehatan seperti tingkat kematian bayi
dan angka harapan hidup, keluhan kesehatan dan perkembangan tingkat
kesehatan rumah tangga.



Pembangunan bidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan
nasional, seperti yang telah dirumuskan dalam sistem kesehatan
nasional bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yamg optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan
tersebut di atas, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah
meningkatkan kesehatan lingkungan sesuai dengan
Undang-Undang RI
nomor 23 tahun 1992 yang berbunyi Kesehatan lingkungan dilaksanakan
di tempat Umum, lingkungan pemukiman, lingkungnan kerja, angkutan
umum, dan lingkungan lainnya.



Menurut Soekidjo (1996:147) Kesehatan linkungan adalah suatu kondisi
atau keadaan lingkungan yang optimum, sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status yang optimum pula. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup : Perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), Penyediaan air bersih, Pembuangan
sampah, pembuangan air kotor (air limbah). Berdasarkan pernyataan
tersebut, maka kebersihan pada perumahan masyarakat yang bermukim di
sekitar Pasar merupakan salah satu tempat yang perlu diperhatikan
dari aspek kesehatannya. Pasar yang kurang diperhatikan dari aspek
kesehatan, dapat menjadi sumber perkembangbiakan vektor penyakit. Hal
ini dapat terjadi sebagai akibat menumpuknya sampah dan segala jenis
kotoran yang telah membusuk, tidak adanya selokan/drainase dan
kondisi bangunan yang tidak memadai. Kondisi yang kurang sehat
menjadi tempat penularan penyakit dari satu orang ke orang lain baik
melalui kontak langsung maupun tidak langsung.



Pasar sebagai salah satu dari tempat umum dapat menimbulkan berbagai
akibat atau gangguan penyakit apabila kondisi lingkungannya tidak
diperhatikan. Untuk mengantisipasi hal ini maka upaya pengawasan
perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar pembeli, penjual, dan
karyawan pasar serta masyarakat yang bermukim di sekitarnya dapat
terhindar dari gangguan penyakit menular.



Kecamatan Lambandia merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Kolaka yang terletak ± 98 km kearah timur kota Kolaka. Di sana
terdapat dua pasar tradisional, yakni pasar Lambandia dan pasar
Penanggo Jaya. Akan tetapi di pasar Lambandia tersebut tidak terdapat
perumahan masyarakat. Secara kasat mata nampak bahwa di sekitar pasar
Penanggo Jaya kurang sehat ditinjau dari segi sanitasi lingkungan.
Hal ini sama dengan pemikiran pemerintah Kecamatan Lambandia yang
menyatakan bahwa sanitasi lingkungan pemukiman penduduk di sekitar
pasar Kelurahan Penanggo Jaya buruk. Sehingga pemerintah setempat
senantiasa diperingatkan untuk melaksanakan peningkatan sanitasi
lingkungan di sekitar pemukiman tersebut. Keberadaan masyarakat yang
bermukim di sekitar pasar, diduga akan menerima dampak dari kondisi
lingkungan pasar terutama yang berkaitan dengan keadaan sanitasi
lingkungan rumah tangga, baik itu yang berkaitan dengan kondisi
perumahan, penyediaan air bersih rumah tangga, sampah dan pembuangan
limbah rumah tangga. Sehingga, berdasarkan latar belakang pemikiran
tersebut, penulis melakukan penelitian tentang kondisi lingkungan
perumahan yang bermukim di sekitar pasar dengan judul Sanitasi
Lingkungan Perumahan Masyarakat yang Bermukim di Sekitar Pasar
Kelurahan Penanggo Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.



  1. Rumusan Masalah




Pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :



Bagaimana Sanitasi Lingkungan Perumahan Masyarakat yang Bermukim Di
Sekitar Pasar Kelurahan Penanggo Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten
Kolaka?



  1. Tujuan Penelitian




Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sanitasi lingkungan
Perumahan masyarakat yang bermukim di Sekitar Pasar Kelurahan
Penanggo Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.



  1. Manfaat Penelitian




Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :



  1. Sebagai
    bahan masukan Dinas kesehatan dan pihak terkait lainnya untuk
    menghimbau masyarakat agar senantiasa menjaga kebersihan lingkungan
    keluarga dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
    melalui terciptanya masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
    perilaku yang sehat.


  2. Sebagai
    bahan masukan bagi Tenaga Pengajar/Guru di setiap Sekolah agar
    senantiasa menanamkan rasa cinta kebersihan pada setiap siswa.















BAB II


TINJAUAN PUSTAKA






  1. Kajian Teori




  1. Tinjauan
    Sanitasi Lingkungan




Dalam kehidupan manusia, pengaruh lingkungan yang baik atau
merugikan, keduanya dapat terjadi pada masyarakat secara keseluruhan
atau dapat juga memperngaruhi masing-masing individu. Keadaan
lingkungan sangat penting bagi masyarakat secara keseluruhan dan
masing-masing individu dari masyarakat. Salah satu faktor penting
untuk memperoleh kehidupan dan penghidupan yang layak agar jasmani
dan rohani sehat adalah masalah kerja dan kesehatan lingkungan.



Sanitasi lingkungan sangat penting bagi
masyarakat/penduduk terutama dalam penyediaan air bersih, pembuangan
kotoran, pemberantasan nyamuk, lalat, tikus dan pencegahan penyakit
menular agar tetap terjamin kesehatan lingkungan yang baik,
pemeliharaan rumah tangga yang baik, keadaan perumahan yang baik dan
sehat dalam kehidupan bermasyarakat yang baik dan serasi pula
(Supardi, 2003:126).



Menurut Daud (2001:38), sanitasi lingkungan adalah usaha
mengendalikan diri dari semua faktor-faktor fisik manusia yang
mungkin menimbulkan hal-hal merugikan bagi perkembangan fisik
kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Sedangkan menurut Entjang
(1991:15) Pengertian sanitasi adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologi, sosial dan ekonomi yang sangat mempengaruhi manusia.



Menurut Daud (2001:7) yang dimaksud dengan lingkungan adalah Segala
sesuatu yang ada di sekitar kita yang tidak hanya sebatas pandang
akan tetapi sampai kepada cakrawala pandangan, baik yang nampak oleh
mata telanjang maupun yang masih samar-samar.



Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam
riwayat timbulnya sebagai penyakit. Oleh karena itu pengaruh mengenai

segi-segi penyehatan (sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam
setiap upaya kesehatan secara kelompok dalam masyarakat. Pengetahuan
mengenai sanitasi lingkungan, erat kaitannya dengan ilmu kedokteran,
karena itu penguasaan serta ketrampilan profesional mengenai sanitasi
lingkungan dalam pelayanan masyarakat, pencegahan individu, keluarga
dan masyarakat sangat penting.



Lingkungan hidup termasuk manusia dengan segala faktornya merupakan
bagian lingkaran kehidupan manusia yang nantinya membentuk ekosistem.
Di dalam ekosistem tersebut manusia berinteraksi dengan lingkunganya,
misalnya, manusia yang potensial karier suatu penyakit tertentu akan
merupakan ancaman terhadap manusia lainnya serta lingkungannya. Jadi
manusia sangat berperan keadaan ini sebagai akibat dan perilaku
manusia itu sendiri dalam mengelola dan mempengaruhi lingkungannya
(Dainur, 1994).



Lingkungan yang buruk menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit endemis kronis sering terjadi epidemi. Hal
ini disebabkan oleh antara lain :



  1. Pengotoran
    atau tercemarnya persediaan air minum.



  2. Infeksi karena kontak langsung dengan feses manusia akibat
    pembuangan kotoran yang tidak teratur.



  3. Infeksi yang disebabkan oleh Antropoda, Rodentia, Molusca, dan
    vektor penyakit lainnya.


  4. Pengotoran
    air susu dan makanan lainnya.


  5. Perumahan
    yang terlalu sempit.



  6. Penyakit hewan yang berhubungan dengan manusia.




Di Indonesia telah ada usaha-usaha yang berkaitan dengan higyene
sanitasi lingkungan, antara lain meliputi :




  1. Penyediaan air bersih, baik kuantitas maupun kualitas


  2. Program
    MCK (mandi-cuci-kakus)


  3. Pengadaan
    rumah-rumah sehat


  4. Pembasmian
    sumber (reservoir), vektor penyebab penyakit




(Maryati, 1994:68)



Berikut ini diuraikan satu persatu dari kelima aspek tersebut diatas
:



  1. Penyediaan Air Bersih




Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih
cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan.
Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air.
Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air,
untuk anak-anak sekitar 65 %, dan untuk bayi sekitar 80 %.



Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum,
masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut
perhitungan WHO di Negara-negara maju tiap orang memerlukan air
antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di Negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per
hari.



Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut
hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan,
setidak-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang
sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :



  1. Syarat
    fisik




Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak
berwarna), tidak berasa, suhu di bawah udara di luarnya, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengenal air
yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.



  1. Syarat
    bakteriologis




Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,
terutama bakteri pathogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum
terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa sample
(contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat
kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat
kesehatan.







  1. Syarat
    kimia




Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat
kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia
(Soekidjo, 1996:153).



Air sangat penting untuk kehidupan, kebutuhan air sangat mutlak, 73
persen dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak adalah air.



Jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut :





    1. Sekitar 80 persen dari berat badan bayi yang mempunyai berat badan
      rendah


    2. Sekitar
      70-75 persen berat badan neonatus



    3. Sekitar 65 persen berat badan dewasa.





Jika tubuh kita kehilangan 5 persen berat badan anak orang dewasa,
maka membahayakan, karena mengalami dehidrasi.



Untuk keperluan sehari-hari di Indonesia baru mencapai 100 liter
saja, dengan perincian :



  1. Air
    minum : 5 liter


  2. Untuk
    memasak : 5 liter


  3. Untuk
    membersihkan : 5 liter


  4. Untuk
    mandi : 30 liter



  5. Untuk kakus : 45 liter




Jumlah : 100 liter (Mariyati, 1994:58)



Azwar (1983:68) mengemukakan bahwa sumur yang dipandang memenuhi
syarat-syarat kesehatan adalah sumur yang dibangun dengan konstruksi
sebagai berikut :



  1. Jarak
    sumur dengan kakus, lubang galian sampah, lubang galian untuk limbah
    dan sumber-sumber pengotoran sekurang-kurangnya 10 meter dan di
    usahakan agar letaknya tidak berada di bawah tempat-tempat
    pengotoran tersebut.


  2. Dibuat
    tempat yang ada airnya dalam tanah.



  3. Jangan di buat tanah yang rendah, yang mungkin tergenang bila hujan.




  1. Pembuangan
    (drainase) air limbah/comberan dan sampah yang memenuhi syarat
    kesehatan.




Air limbah adalah air buangan yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya. Pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang padat yang membahayakan
kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup (Soekidjo,
1997:170).















Sedangkan Menurut Daud (2001:132) Air Limbah/buangan adalah kombinasi
dari cairan dan sampah-sampah yang berasal dari daerah pemukiman,
perkotaan, perdagangan, dan industri, bersama-sama dengan air tanah,
air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada.



Sarana pembuangan Air Limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :



  1. Tidak
    mencemari sumber air bersih


  2. Tidak
    menimbulkan genangan air


  3. Tidak
    menimbulkan bau



  4. Tidak menimbulkan tempat berlindung dan tempat berkembang biaknya
    nyamuk serangga lainnya.




Yang dimaksud dengan pembungan air limbah (sewage) adalah terdiri
dari kotoran manusia, air kotoran dari dapur, kamar mandi termasuk
air kotor dari permukaan tanah.



Maksud pengaturan pembuangan limbah adalah :



  1. Untuk
    mencegah pengotoran sumber air rumah tangga.


  2. Menjaga
    kebersihan makanan, supaya sayuran dan bahan makanan lainnya tidak
    terkontaminasi.


  3. Melindungi
    ikan dari pencemaran.


  4. Melindungi
    air minum dari ternak.


  5. Mencegah
    pembiakan bibit penyakit.



  6. Menghilangkan adanya bau-bauan dan pemandangan yang tak sedap
    (Mariyati, 1994:603).




Menurut Azwar (1986) ada dua cara yang lazim digunakan dalam
pembuangan air limbah ini yaitu :



  1. Sistem
    Riol




Sistem Riol adalah salah satu jaringan pembuangan air limbah yang
dimulai dari daerah perumahan, pertokoan, masuk ke daerah pemukiman
dialirkan ke tempat pembuangan akhir limbah yang biasanya merupakan
kali atau Laut. Sistem ini cukup baik, asal saja riol tersebut dapat
dipelihara hingga tidak tersumbat serta tempat pembuangan akhir tidak
dipergunakan untuk air minum, serta air limbah tidak mengandung zat
kimia yang membahayakan.



  1. Septic
    Tank




Septic tank adalah salah satu unit penampungan dan penyaluran air
limbah (juga kotoran manusia) di dalam tanah yang dibuat permanent.
Prinsip dari septic tank adalah :




    1. Terjadinya
      bak penampungan yang gunanya untuk memisahkan bahan padat dari
      limbah karena proses biologis. Pada tingkat pertama ini terjadi
      pembentukan bahan-bahan padat yang mengendap. Bak penampungan ini
      memberikan kesempatan penahan air kotor dan bahan-bahan endapan
      selama 24 jam serta besarnya tidak boleh kurang dari 2x3 meter.


    2. Ruang
      rembesan yaitu lubang air sumur yang diisi lapisan pasir kasar
      atau kerikil, pasir halus, tanah liat campur pasir dan di tengahnya
      dialirkan jalanan pipa. Lubang rembesan umumnya merupakan
      pelengkap dari bak penampung, disarankan supaya mengadakan
      perembesan setidak-tidaknya berjarak 35 m dari sumber air serta 7 m
      dari bangunan rumah.





Sedangkan sampah menurut (Soekidjo, 1996:166) adalah sesuatu bahan
atau benda padat yang sudah tidak dipakai oleh menusia, atau benda
padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan
dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,
sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal
dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.






  1. Kondisi Jamban




Pembuangan kotoran tinja (feses) di sembarang tempat di halaman
belakang rumah, bisa mengakibatkan berjangkitnya penyakit-penyakit,
karena kotoran manusia banyak mengandung kuman-kuman penyakit
(Gunawan,1979:82).



Daud (2001:80) mengemukakan bahwa Pengelolaan Pembuangan tinja yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dapat memberikan dampak
negatif antara lain :




  1. Sebagai sarang Vektor (nyamuk, lalat, tikus, dll).



  2. Sebagai sumber pencemaran lingkungan yang dapat memberikan
    pencamaran terhadap sumber air minum.



  3. Dapat memberikan situasi/keadaan lingkungan yang kurang baik.


  4. Dapat
    memberikan/menimbulkan bau busuk




Pengolahan tinja yang tidak saniter dapat pula memberikan hubungan
langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan :



  1. Hubungan
    langsung




Pembuangan tinja yang tidak saniter dapat menimbulkan berbagai
penyakit seperti diare, kolera, disentri, typhus abdominalis, dll.



  1. Hubungan
    tidak langsung




Pembuangan tinja yang saniter akan dapat membantu memperbaiki kondisi
lingkungan dan akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.



Jenis-jenis kakus yang umum dikenal di Indonesia adalah sebagai
berikut :





      1. Kakus
        Bor






Kakus ini merupakan jenis kakus yang paling sederhana dan terdiri
dari satu lubang berdiameter kurang lebih 20–30 cm yang dibor
sedalam 3 meter. Kakus ini kurang sesuai untuk daerah yang air
tanahnya tinggi. Bila kakus bor telah penuh, kakus
ini akan ditimbun dengan tanah dan dibuatkan sebuah kakus bor yang
baru. Untuk menghindari lalat dan menyebarnya bau, lubang kakus ini
biasanya diberi penutup kayu.





      1. Kakus
        Cemplung






Kakus ini memanfaatkan satu ruang penampungan kotoran yang
lebih besar tetapi kurang dalam, yang dapat berbentuk bulat /
segi empat. Sisi-sisi diperkuat dengan anyaman bambu, atau pasangan
bata, namun bidang bawah tidak diberi pasangan sehingga dapat terjadi
penyerapan-penyerapan keluar untuk menghindari bau dapat dipergunakan
mangkok leher angsa.





      1. Kakus
        dengan tangki pembusuk






Kakus ini merupakan jenis yang terbaik dari ketiga jenis yang
diuraikan di sini. Kakus ini adalah kakus yang dilengkapi dengan
mangkok berleher angsa, yang dapat ditempatkan sebagai bagian
langsung dari rumah, Karena tangki pembusukannya (septic tank) di
tempatkan terpisah di luar. Bila kotoran yang mengendap sudah
terlampau banyak, dapatlah dipompa atau ditimbun keluar. Biasanya air
buangan dari tangki pembusuk di alirkan ke suatu bidang resapan.







  1. Kondisi Perumahan




Perumahan sehat merupakan salah satu faktor yang menunjang kestabilan
kesehatan. Beberapa aspek teknis yang dikemukakan Entjang (1981:105),
bahwa untuk komponen perumahan yang memenuhi syarat kesehatan, maka
hal-hal utama yang perlu diperhatikan adalah :



  1. Pertukaran
    Udara




Agar di dalam rumah dapat terjadi pertukaran udara, maka hendaknya :




  1. Di buat jendela dan lubang angin yang cukup.



  2. Luas jendela kurang lebih 10-15 % dari lantai, sedangkan luas lubang
    angin kurang dari 20 % dari luas jendela.



  3. Jendela hendaknya dibuka pada siang hari.





  1. Kelembaban udara hendaknya diatasi dengan cara :




  1. Membuat
    drainase di sekeliling rumah.



  2. Sambungan pondasi dengan dinding yang kedap air.


  3. Lantai
    rumah harus kedap air.


  4. Atap
    tidak bocor.


  5. Terdapat
    ventilasi yang baik.




  1. Suhu




Suhu adalah suatu ukuran dari suatu benda yang cenderung melepas
panas, dalam hal ini adalah suhu rumah. Agar suhu tidak terlalu panas
atau tidak terlalu dingin, maka hendaknya diatasi dengan cara :




  1. Atap dengan plafon yang cukup menyerap sinar matahari.


  2. Dinding
    tidak lembab.


  3. Tanam
    pohon-pohon pelindung di sekitar rumah.




  1. Penerangan




Untuk memperoleh penerangan alami siang hari yang cukup
intensitasnya, maka setiap ruang kediaman harus mempunyai lubang
cahaya atau jendela kaca bening tembus cahaya yang langsung
berhubungan dengan cahaya luar, jumlah luas bersih dari jendela kaca
atau lubang cahaya itu harus sekurang-kurangnya sepersepuluh dari
luas lantai ruang yang bersangkutan (Gunawan,1979 :37).



Rumah hendaknya memperoleh penerangan yang baik yaitu pada siang
maupun pada malam, untuk itu disarankan :



  1. Memanfaatkan
    sinar matahari sebanyak mungkin untuk penerangan pada siang hari
    melalui jendela, ventilasi, pintu maupun atap.


  2. Pergunakan
    warna-warna muda untuk lantai, dinding maupun langit-langit rumah.


  3. Pada
    malam hari bagi yang sudah memiliki aliran listrik pergunakan lampu
    listrik secukupnya.




  1. Asap
    Dapur




Asap dari dapur mengganggu pernapasan dan juga
dapat merusak alat-alat pencernaan. Dengan demikian diharapkan
dapat diatasi dengan cara :



  1. Pergunakan
    tungku yang dilengkapi dengan cerobong asap.


  2. Dibuat
    jalan keluar untuk asap pada bagian atas sumber asap.




  1. Kepenuhan
    Sesakan




Kepenuhan sesakan dapat diatasi dengan cara :



  1. Dibuat
    kondisi yang seimbang antara jumlah penghuni dan jumlah kamar


  2. Ventilasi
    udara baik












  1. Kebersihan Makanan




Pengawasan terhadap pengolahan dan penyediaan makanan dan minuman
sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat.



Hal-hal yang dapat membahayakan :




    1. Zat-zat
      kimia yang bersifat racun.





Zat-zat tersebut dapat berada di dalam makanan karena kelalaian,
misalnya racun tikus, insektisida, dan lain-lain.





    1. Bakteri pathogen dan bibit penyakit lain :





Staphylococcus sp



Clostridium botulinum



Mycobacterium turbeculosis, dan lain-lain.




    1. Parasit
      dari hewan.


    2. Tumbuh-tumbuhan
      yang beracun, misalnya jenis jamur, kentang, ketela pohon, dan
      lain-lain (Mariyati, 1994:71).






  1. Kriteria Perumahan Yang Standar (Baik)




Suatu Bangunan Rumah sebagai lingkungan hidup manusia, harus memenuhi
ukuran yang minimal sesuai dengan jumlah penghuni, kegiatan dan
perabot / peralatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhasn hidup.
Syarat kesehatan yang layak, maka dalam perencanaan bangunan rumah,
diperlukan adanya standar perumahan untuk dijadikan pedoman
perencanaan rumah tinggal dalam segi design, dimensi kamar,
organisasi dan tata letak ruangan dan sebagainya, agar dapat memenuhi
kebutuhan / syarat-syarat rumah tinggal yang cukup sehat (healthy)
dan menyenangkan (Gunawan, 1979:17).



Ukuran luas Lantai untuk setiap ruang kediaman sekurang-kurangnya 6
m 2, dengan lebar minimal 2m, sedang tinggi ruang minimum
2,40 m, kecuali bila langit-langitnya miring, maka
sekurang-kurangnya ½ dari luas ruangan mempunyai tinggi
ruang 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah tidak
kurang dari 1.75 m, dimensi ruang kediaman juga harus didasarkan
kebutuhan ruang / volume bagi setiap orang minimal 8.5 m3.
Jadi rumah yang agak luas, dapat digunakan langit-langit yang agak
rendah, makin sempit ruangan memerlukan letak langit-langit yang
makin tinggi (Gunawan, 1979:18).



  1. Sanitasi
    lingkungan Pasar




Menurut Soebroto (1994) Pasar adalah suatu tempat yang mana sebagian
terdiri atas bangunan-bangunan yang digunakan untuk menjual dan
meragakan barang-barang dagangan kepada masyarakat umum.



Aktivitas masyarakat yang makin tinggi dapat menimbulkan adanya
sampah yang dihasilkan dalam jumlah banyak. Dengan demikian, Pasar
yang merupakan tempat umum merupakan tempat yang potensial
mendapatkan sampah lebih banyak. Di Kelurahan Penanggo Jaya adalah
salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka
yang memiliki Pasar tradisional. Yang mana di adakan dua kali
seminggu yakni setiap hari Jumat dan hari Senin. Dengan perubahan
kualitas lingkungan masyarakat yang bermukim di sekitar pasar
tersebut, yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat, dan terjadi
karena ulah manusia (aktivitas manusia). Pada perubahan lingkungan
karena aktivitas manusia sendiri kurang diperhatikan karena perubahan
kualitas lingkungan di sini umumnya, membawa akibat terhadap
kesehatan. Untuk itu masyarakat perumahan yang bermukim di sekitar
Pasar perlu lebih memperhatikan dampak kesehatan yang disebabkan oleh
perubahan kualitas lingkungan karena aktivitas manusia. Walaupun
aktivitas manusia tersebut tidak membawa akibat kepada kesehatan
masyarakat di sekitarnya, namun jelas bahwa membawa akibat merugikan
dengan jangka panjangnya nanti.



  1. Kajian Empiris




Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh :



  1. Farida
    (1998:37) di Desa Tanailandu Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton,
    menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat sanitasi
    lingkungan dengan tingkat penularan penyakit malaria, dalam arti
    bahwa tingginya tingkat sanitasi lingkungan menyebabkan rendahnya
    tingkat penularan penyakit malaria.


  2. Yunarsih
    (1997) di Kota Madya Kendari, menyimpulkan bahwa semakin tinggi
    tingkat pemahaman hygiene dan sanitasi lingkungan masyarakat Kota
    Madya Kendari maka semakin tinggi kesadaran pengaturan membuang
    sampah.


  3. Sarmiati
    (2005) yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
    maka pengetahuan pedagang tentang sanitasi pasar akan semakin baik
    pula.









  1. Kerangka Pemikiran




Kemajuan yang pesat di bidang pengetahuan teknologi dan Ilmu
kesehatan telah memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia,
bahwa pemahaman yang tidak sehat adalah penyebab dari rendahnya taraf
kesehatan jasmani dan rohani, sehingga memudahkan terjangkitnya
penyakit dan mengurangi daya produksi seseorang. Untuk memperbaiki
kedua ini dan meningkatkan taraf kesehatan, maka dalam membangun
perumahan, harus memperhatikan persyaratan kesehatan.



Keadaan lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan sering
ditemukan pada perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar pasar.
Indikatornya adalah di sekitar pasar dipenuhi oleh buangan sampah
rumah tangga baik berupa bahan-bahan anorganik maupun organik.



Perwujudan lingkungan perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar
pasar Kelurahan Penanggo Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka
yang sanitasinya baik harus didukung dan ditunjang oleh perilaku,
pendidikan dan pengetahuan dari masing-masing individu yang nantinya
akan berpengaruh pada kondisi sanitasi lingkungan perumahan pasar.



Tingkat kesehatan lingkungan dapat di ukur dengan aspek-aspek
sanitasi, diantaranya penyediaan air bersih, kondisi jamban,
pembuangan sampah dan pembuangan air limbah, kondisi perumahan, serta
kebersihan makanan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.







Gambar 1 Kerangka Pemikiran






























































































BAB III


METODE PENELITIAN






  1. Waktu dan Tempat Penelitian




Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2007 sampai bulan Juni
2007, bertempat di perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar
pasar Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.







  1. Variabel, Definisi
    Operasional dan Indikator Penelitian.




  1. Variabel
    Penelitian




Variabel dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan pada
perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar pasar Kecamatan
Lambandia Kabupaten Kolaka, yang meliputi kondisi perumahan,
penyediaan air bersih, kondisi jamban, pembuangan sampah dan air
limbah, dan kebersihan makanan.



  1. Definisi
    Operasional




Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran komponen yang dikaji
dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan defenisi operasional
sebagai berikut :



  1. Sanitasi
    lingkungan adalah proses pemeliharaan kesehatan lingkungan melalui
    kebersihan lingkungan. Dalam hal ini menyangkut kesehatan (sanitasi
    lingkungan perumahan di sekitar pasar).


  2. Perumahan
    masyarakat yang dimaksud adalah perumahan yang ditinggali oleh
    tiap-tiap keluarga yang bermukim di sekitar pasar kelurahan Penanggo
    Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.




  1. Indikator
    Penelitian




Sanitasi lingkungan rumah tangga, indikatornya meliputi aspek-aspek :




    1. Kondisi
      Perumahan yaitu kondisi bangunan, jumlah kamar, keadaan halaman
      rumah, dan pagar rumah.


    2. Penyediaan
      sumber Air, yaitu meliputi penyimpanan air dan sumber air


    3. Kondisi
      jamban, yaitu jenis jamban dan bangunan jamban.


    4. Pembuangan
      Sampah dan Air Limbah, yaitu meliputi penyediaan dan penanganan
      sampah dan air limbah.



    5. Kebersihan Makanan yaitu meliputi kebersihan dalam menyajikan
      makanan.





  1. Populasi dan Sampel




  1. Populasi




Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan rumah tangga yang
bermukim di sekitar pasar Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.



  1. Sampel




Karena jumlah populasi kecil, yakni 45 (empat puluh lima) kepala
keluarga yang bermukim di sekitar Pasar Kecamatan Lambandia Kabupaten
Kolaka, maka dalam Penelitian ini seluruhnya menjadi sampel (sampel
total).




  1. Metode Penelitian




Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey. Peneliti mengunjungi responden, selanjutnya diadakan
pengamatan terhadap sanitasi lingkungan rumah masing-masing.



  1. Instrumen Penelitian dan
    Prosedur Pengumpulan Data




  1. Instrumen
    Penelitian.




Dalam pengumpulan data primer yang berupa sanitasi lingkungan rumah
tangga adalah dengan menggunakan kuesioner (angket). Angket ini
berupa pertanyaan tentang sanitasi lingkungan yang diberikan langsung
kepada responden dan di isi sesuai dengan jawaban responden.



  1. Prosedur
    Pengumpulan Data.




1. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data, keterangan-keterangan maupun
gambar untuk mendapatkan informasi tertulis dari keadaan sanitasi
lingkungan perumahan di sekitar pasar.



2. Observasi yaitu berupa pengamatan secara langsung pada tiap-tiap
kepala keluarga guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan
data yang dikumpulkan.



  1. Kuesioner
    (angket) yaitu digunakan untuk memperoleh data primer setiap
    responden. Pedoman penskoran yaitu jika terdapat 4 alternatif
    jawaban maka pilihan A diberi skor 4 (empat), pilihan B diberi skor
    3, pilihan C diberi skor 2 dan pilihan D diberi skor 1. Sedangkan
    jika terdapat 3 alternatif jawaban







  1. Teknik Analisis Data




Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif, yaitu
menghitung persentase masing-masing aspek untuk menggambarkan keadaan
sanitasi lingkungan perumahan masyarakat yang bermukim di sekitar
pasar Kelurahan Penanggo Jaya Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka.



Dengan Menggunakan Rumus :












Dimana : Ni = jumlah responden yang memberikan tanggapan



N = Jumlah seluruh responden (Sudjana, 2002 : 69).


















DAFTAR PUSTAKA







Abednego M.H, 1994. Kader Kesehatan Lingkungan. Direktorat
Jenderal PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI. Jakarta.







Ajaly S, 2005. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan
Pedagang Tentang Sanitasi Pasar Sentral Wua-Wua Kendari
.Skripsi
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA. FKIP Unhalu
Kendari.






Aswar
A, 1983 Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara.
Jakarta


………….,
1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara
Sumber Widya.


Dainur,
1992. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Widya Medika. Jakarta



Daud A, 2001. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Fakultas
kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makasaar.







Djamil I, 1998. Sanitasi Pembuangan Sampah dalam Masyarakat
Perkotaan
. Diktat AKL Ujung Pandang.







Djasio S, 1989. Pengawasan Penyehayan Lingkungan Pemukiman. Pusat
Kesehatan Masyarakat
Proyek Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat.
Jakarta.







Entjang I, 1991. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cipta Aditya
Bakti. Jakarta.



Effendy, 1995. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Andi Offset.
Yogyakarta.



Gunawan R, 1979. Pedoman Perencanaan Rumah-Sehat. Yayasan
Sarana Cipta. Yogyakarta.







Irawati, 2003. Keterkaitan Faktor Sosial Ekonomi, Pengetahuan dan
Sikap dengan Manifestasi Prilaku Ibu-Ibu dalam Pengelolaan Sampah di
Kota Surabaya
. Jurnal Ilmu Pendidikan Juni 2003 No 2 (174-187).






Kusharto
M.C, 1987. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius.
Jakarta.


Madelan,
1970. Pengelolaan Sampah. Jakarta.


Maryati,
1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.



Munawar, 1996. Hubungan Pengetahuan Para Pedagang Terhadap
Penggunaan Kontainer Sampah di Pasar Sentral Bau-Bau Kabupaten Buton.
Skripsi Akademik Penilik Kesehatan Mandala Waluya Kendari.







Riyadi S, 1984. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Usaha Nasional.
Jakarta



Soekidjo N, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta.
Jakarta.



Slamet J.S,1994.Kesehatan Lingkungan Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.



Tamrin H,1995. Pengaruh Pendidikan dan Pengetahuan Terhadap
Fasilitas Rumah Tinggal di Desa Lagasa Kecamatan Katobu Kabupaten
Muna
. Skripsi Akademik Penilik Kesehatan Mandala Waluya Kendari.







Verawati, 1998. Studi Tentang Lingkungan pada
Puskesmas.
Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka.













JUDUL :



SANITASI LINGKUNGAN MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI SEKITAR PASAR
KECAMATAN LAMBANDIA KABUPATEN KOLAKA











BAB I



PENDAHULUAN






A. Latar Belakang














PPP



















































































LEMBAR OBSERVASI









      1. Petunjuk
        Pengisian










  1. Isilah titik-titik di bawah ini sesuai dengan keadaan bapak/Ibu



  2. Lingkarilah salah satu jawaban dalam angket.Angket ini dianggap
    sesuai dengan keadaan atau kondisi lingkungan bapak/Ibu



  3. Angket ini semata-mata untuk kepentingan penelitian dan bukan untuk
    mengoreksi kehidupan bapak/Ibu. Untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan
    dan atas jawaban Bapak/Ibu dijamin kerahasiaannya.









    1. Identitas
      Responden






  1. Nama lengkap :
    .......................................................................



  2. Jenis Kelamin :
    .......................................................................



  3. Jumlah anggota keluarga :
    .......................................................................



  4. Penghasilan Per bulan :
    .......................................................................









    1. Pertanyaan Untuk
      Sanitasi Lingkungan :



      • Kondisi
        perumahan











  1. Atap Rumah Bapak/Ibu:





      1. Genteng



      2. Seng



      3. Daun rumbiah



      4. Lainnya......................................................











  1. Dinding Rumah Bapak/Ibu :





      1. Tembok/beton



      2. Papan



      3. Bambu



      4. Lainnya...............................................................











  1. Lantai Rumah Bapak/Ibu :





      1. Tegel



      2. Semen



      3. Tanah



      4. Lainnya..............................................................











  1. Apakah di Rumah Bapak/Ibu terdapat Jendela :





      1. Ada



      2. Tidak ada











  1. Ventilasi Rumah sebagai Tempat pertukaran udara :




A. Cukup



B. Kurang



C. Tidak ada








  1. Jumlah Kamar tidur :





      1. Sebanyak anggota keluarga



      2. 2/3 dari jumlah anggota keluarga



      3. 1/2 dari
        jumlah keluarga










7. Keadaan di Sekitar Rumah bapak/Ibu :






      1. Bersih dan indah



      2. Gersang dan berdebu



      3. Kotor dan terdapat banyak Genangan Air










8. Apakah di Halaman Rumah Bapak/Ibu terdapat Pagar :




  1. Ada



  2. Tidak ada








9. Pagar Bapak terbuat dari :




  1. Tembok



  2. Besi



  3. Kayu



  4. Lainnya................................................................








  • Kondisi jamban
    keluarga :




10. Jenis jamban yang Bapak/Ibu gunakan:



A. Bentuk leher angsa





    1. Kakus cemplung


    2. Tidak
      ada jamban



    3. Lainnya............................................................









11. Untuk menghidari Penglihatan orang lain maka dinding WC Bapak/Ibu
terbuat dari :




  1. Tembok



  2. Papan



  3. Jelaja



  4. Lainnya....................................................









  1. Lantai WC Bapak/Ibu terbuat dari :




A. Tegel



B. Semen



C. Papan



D. Tanah








  1. Persediaan Air untuk menyiram dan membersihkan kotoran :





  1. Banyak



  2. Cukup



  3. Kurang



  4. Sangat kurang








  • Penyediaan Air
    Bersih :





  1. Tempat Penyediaan Air minum untuk masak-memasak :





      1. Bak dilengkapi penutup



      2. Bak tanpa penutup



      3. Baskom/loyang tanpa penutup



      4. Lainnya........................................................











  1. Tempat penyimpanan Air Rumah Bapak/Ibu dibersihkan :





      1. Dua kali seminggu



      2. Sekali seminggu



      3. Sebulan sekali



      4. Tidak pernah










  1. Sumber pengambilan Air minum Rumah tangga :




      1. PAM



      2. Sumur bor



      3. Sumur Gali



      4. Lainnya............................................................















  • Pembuangan Sampah dan Air Limbah :





  1. Keadaan Sampah di Rumah bapak/Ibu sebaiknya :





      1. Dibersihkan setiap hari



      2. Dibersihkan tiga hari



      3. Dibersihkan seminggu sekali



      4. Kadang-kadang kalau ada waktu











  1. Sampah Rumah tangga Bapak/Ibu biasanya dibuang dengan cara :





      1. Dibuatkan lubang penampungan



      2. Dikumpulkan lalu dibakar



      3. Dikumpulkan di pinggir halaman



      4. Di sembarang tempat











  1. Bagaimana pengendalian pembuangan Air Limbah rumah tangga :





      1. Dibuatkan selokan



      2. Dibuatkan lubang



      3. Ditampung di sekitar rumah



      4. Disembarang tempat











  1. Air limbah Rumah tangga sebaiknya dibuang pada :




A. Dibuatkan
lubang penampungan yang lengkap dengan penutupnya



B. Pada
comberan/selokan



C. Samping
halaman rumah



D. Disembarang tempat








  1. Comberan atau selokan sebaiknya dibersihkan agar tidak tergenang,
    Berapa harikah selang waktu pembersihan selokan di Rumah Bapak/Ibu :





      1. Sekurang-kurangnya tiap dua hari



      2. Sekali seminggu



      3. Tidak ada kesempatan



      4. Tidak perlu











  1. Dalam Pembuangan Air limbah, adalah kemungkinan mengotiri sumber air
    minum :





      1. Tidak



      2. Kadang-kadang



      3. Sering



      4. Sering sekali










  • Kebersihan Makanan





  1. Dalam menyajikan makanan, kemungkinan akan terhinggapi lalat :




      1. Tidak


      2. Kadang-kadang


      3. Sering


      4. Sering
        sekali











  1. Sebelum makan, keluarga bapak/ibu dianjurkan untuk cuci tangan :




      1. Ya


      2. Kadang-kadang


      3. Kalau
        sempat


      4. Tidak









Tidak ada komentar:

Posting Komentar